Wednesday, January 3, 2018

SEKILAS TENTANG PENELITIAN MULTILEVEL



Skema Analisis Multilevel
Penelitian di bidang sosial seringkali berhubungan dengan masalah investigasi hubungan antara individu dengan masyarakat. Konsep umum yang digunakan adalah bahwa individu berinteraksi dengan konteks social di mana mereka berada, dalam arti bahwa seorang individu dipengaruhi oleh kelompok sosialm dan sifat dari kelompok tersebut selanjutnya dipengaruhi oleh individu yang membentuk kelompok tersebut. Secara umum individu dan kelompok social dikonseptualkan sebagai system hirarki individu dan kelompok, dimana individu dan kelompok berada pada level yang berbeda dalam system hirarki. Pada dasarnya, sistem tersebut bisa diamati pada berbagai level hirarki, dan ini bisa menjadi variabel pada setiap level. Hal inilah yang melahirkan penelitian  tentang interaksi antara variabel yang menjelaskan individu dan variabel yang menjelaskan kelompok sosial, yaitu jenis penelitian yang saat ini disebut sebagai penelitian multilevel.


Pada penelitian multilevel, struktur data dalam populasi bersifat hirarkis, dan data sampel dipandang sebagai sampel multitahap dari populasi hirarki tersebut. Karena itu, dalam penelitian di bidang Pendidikan, populasi terdiri dari sekolah dan siswa yang ada dalam sekolah tersebut, prosedur pengambilan sampel dilakukan melalui dua tahap: pertama, kita mengambil sampel sekolah, dan kedua, kita mengambil sampel siswa pada masing-masing sekolah tersebut. Pada contoh ini, siswa dianggap “bersarang” dalam sekolah. Contoh lain adalah penelitian lintas negara dimana individu bersarang pada satuan negara mereka, untuk penelitian di bidang organisasi dimana individu bersarang dalam organisasi, penelitian keluarha dimana anggota keluarga bersarang pada keluarga, dan penelitian tentang metodologi dimana pewawancara mempengaruhi responden yang bersarang pada pewawancara.

Variabel pada penelitian multilevel berada pada beberapa level hirarki. Beberapa variabel tersebut bisa diukur secara langsung pada masing-masing level; sebagai contoh, pada level sekolah kita bisa mengukur ukuran sekolah dan demonisasil dan pada level siswa kita bisa mengukur inteligensi dan kesuksesan siswa. Selanjutnya, kita bisa mengarahkan variabel dari satu level ke level lain melalui penyatuan atau pemisahan. Penyatuan berarti bahwa variabel yang berada pada level bawah diarahkan ke level atas, sebagai contoh misalnya perhitungan rata skor inteligensi siswa pada level sekolah. Pemisahan berarti bahwa mengarahkan variabel pada level atas ke level bawah.

Berdasarkan skema tersebut, level yang paling rendah (level 1) biasanya terdiri dari individu. Namun, hal tersebut tidak berlaku umum. Galtung (1969), misalnya, menggambarkan peran individu pada level yang paling bawah, dan dalam desain penelitian longitudinal dapat dilakukan pengukuran berulang pada individu sebagai lebel terendah. Pada masing-masing level, kita bisa amati beberapa jenis variabel. Variabel global dan variabel absolut hanya merujuk pada level dimana mereka berada tanpa merujuk pada unit atau level lain (variabel absolut merupakan istilah sederhana yang digunakan untuk variabel global yang berada pada level paling bawah). Inteleginsi siswa bisa menjadi variabel global atau variabel absolut. Variabel relational juga merujuk pada satu  level tunggal; yang menjelaskan hubungan satu unit dengan unit lain pada level yang sama. Banyak indeks sosiometrik (seperti indeks popularitas dari hubungan resiprokal) merupakan variabel relasional. Variabel analitik dan variabel structural diukur pada subunit pada level paling rendah. Variabel analitik merujuk pada distribusi distribusi variabel absolut atau variabel global pada level bawah; contoh variabel ini adalah indeks jaringan social. Pengembangan sebuah variabel analitik atau variabel relasional dari data level bawah dilakukan melalui agregasi (penggabungan): data pada unit level bawah digabungkan menjadi data dalam jumlah kecil pada unit level atas. Variabel kontekstual merujuk pada superunit; semua unit pada level bawah memperoleh nilai dari superunit pada level atas. Proses ini disebut disagregasi: data pada unit level yang lebih tinggi diuraikan menjadi data dalam jumlah besar. Variabel hasil disebut variabel kontekstual, karena merujuk pada konteks yang lebing tinggi dari unit yang kita teliti.

Untuk menganalisis model multilevel, tidak begitu penting menempatkan setiap variabel secara tepat menurut skema di atas. Skema menjelaskan kelayakan level pengukuran. Secara historis, masalah multilevel melahirkan pendekatan analisis dengan cara mengarahkan semua variabel melalui proses agregasi atau disagregasi ke satu level tunggal, dan dilanjutkan dengan analisis regresi berganda biasa, analisis varians, dan beberapa metode analisis ‘standar’ lainnya. Sebagai contoh, teori multilevel atau kontekstual eksplisit dalam bidang Pendidikan disebut teori ‘kolam katak’, dalam arti bahwa seekor katak bisa berupa sebuah katak kecil dalam sebuah kolah atau seekor katak besar dalam sebuah kolam kecil. Penerapannya dalam penelitian Pendidikan, metofora ini menggarisbawahi bahwa efek variabel penjelas (explanatory variable) seperti variabel inteligensi dalam karir sekolah bisa saja bergantung pada rata-rata inteligensi dalam satu sekolah. Siswa dengan tingkat inteligensi  menengah dalam satu konteks inteligensi tinggi bisa mengalami demotivasi dan memiliki prestasi yang rendah, sementara siswa tersebut jika berada satu konteks inteligensi yang rendah bisa saja mengalami peningkatkan kepercayaan diri dan mencapai prestasi yang tinggi. Karena itu, efek inteligensi siswa secara individu bergantung pada rata-rata inteligensi siswa lain. Penelitian umum dalam penelitian Pendidikan untuk menelitian efek ‘kolam katak’ adalah untuk melakukan agregasi variabel menjadi rata-rata kelompok, dan kemudian melakukan disagregasi kelompok tesebut menjadi level individu. Konsekwensinya, data yang menyajikan pengukuran variabel pada level individu (absolut atau global) dan variabel pada level atas (variabel kontekstual) berbentuk rata kelompok yang disagregasi.

No comments:

Post a Comment

KELEMAHAN KALKULASI PEMBANGUNAN BERBASIS PDB (PRODUK DOMESTIK BRUTO)

Masalah dari kalkulasi PDB ( Produk Domestik Bruto ) adalah bahwa metodologi perhitungan PDB mengandung banyak kelemahan besar, yait...

Total Pageviews